
Setelah pandemi COVID-19 mengubah cara kita bekerja, lahirlah tren baru: workcation — bekerja dari tempat liburan—yang kini menjadi bagian dari gaya hidup global. Telecommuting yang lebih fleksibel telah menciptakan peluang untuk menyelaraskan pekerjaan dan rekreasi dalam satu pengalaman – tanpa meninggalkan tanggung jawab profesional.
🌍 1. Tren Telekerja Melonjak Dunia
Dalam survei global, sekitar 22–23% karyawan Amerika bekerja remote setidaknya sebagian waktu pada awal 2025, pengaruh tren serupa terlihat di Eropa dan sebagian Asia ([turn0search22]turn0search22turn0search15).
Sekitar 83% pekerja global menyukai model hybrid — gabungan antara remote dan onsite — karena mendukung keseimbangan antara kolaborasi dan fleksibilitas ruang kerja ([turn0search15]turn0search19).
🚀 2. Popularitas Workcation: Data & Dampaknya
-
Sekitar 60% pekerja remote melaporkan telah melakukan workcation dalam 12 bulan terakhir. Lebih dari 1 dari 4 pekerja mengalami peningkatan produktivitas selama workcation tersebut ([turn0search5]turn0search5).
-
Di AS, 41% pekerja merencanakan workcation saat bepergian di tahun 2025 – naik dari kebiasaan kerja rumahan saja ([turn0search9]turn0search9).
🎯 3. Motivasi Utama & Industri Dominan
-
Alasan utama: bekerja tetap produktif sambil menikmati suasana liburan (50%), bertemu keluarga/lokasi baru (50%), mengurangi stres (38%) serta menghindari burnout (28%) ([turn0search5]turn0search5).
-
Industri yang memimpin adopsi workcation mencakup: teknologi, pendidikan, kesehatan, keuangan, dan pemasaran ([turn0search5]turn0search5).
🧳 4. Generasi Muda & Budaya “Hush Trips”
-
Generasi Z (Gen Z) semakin populer dengan tren “hush trip”—bekerja dari lokasi anyar tanpa memberi tahu atasan—untuk mempertahankan citra produktivitas sambil menikmati weekend atau liburan pribadi ([turn0news31]turn0news31turn0news32).
-
Fenomena ini mencerminkan sikap fleksibel terhadap pekerjaan dan batas tradisional antara work & leisure.
📌 5. Dampak terhadap Bisnis dan Kesejahteraan Pekerja
-
Studi menunjukkan zona geografis baru (pantai, pegunungan, kota kecil) sebagai tujuan workcation justru bisa meningkatkan kreativitas dan kesejahteraan pekerja.
-
Karyawan melaporkan tingkat kepuasan kerja meningkat hingga 75% setelah workcation atau hush trip, dibanding sebelum pandemi ([turn0search5]turn0search5).
✅ 6. Kesimpulan & Pandangan ke Depan
| Aspek | Temuan Utama |
|---|---|
| Workcation global | ~60% pekerja remote sudah mengadopsi pola ini |
| Efek produktivitas | 1 dari 4 mengalami peningkatan kinerja saat workcation |
| Alasan utama | Seimbangkan kerja dan relaksasi, cegah burnout |
| Generasi Gen Z | ‘Hush trips’ jadi cara diam-diam memaksimalkan fleksibilitas |
| Preferensi kerja | Hybrid & remote jadi favorit > 80% pekerja global |
Dengan adopsi hybrid work yang semakin luas, workcation bukan hanya eksperimen budaya kerja—melainkan bagian dari transformasi permanen cara kita bekerja. Kenyamanan teknologi, logistik digital nomad, dan kebijakan perusahaan mendukung tren ini menjadi gaya hidup global.


