Respons Global: Quiet Vacation Menyebar ke Eropa dan Amerika Latin

Respons Global: Quiet Vacation Menyebar ke Eropa dan Amerika Latin

Quiet Vacation: Tren Liburan Tanpa Sosial Media yang Bakal Booming di 2025

Tren ini tidak hanya terbatas di Asia Tenggara. Di Eropa, negara-negara seperti Islandia, Swiss, dan Slovenia mulai memasarkan destinasi wisata alam mereka sebagai tempat quiet travel—liburan hening tanpa distraksi digital. Hotel-hotel di pegunungan Alpen bahkan menyediakan paket “Detox Digital Weekend” di mana tamu tidak diperbolehkan membawa ponsel ke area publik hotel.

Sementara di Amerika Latin, daerah seperti Patagonia di Argentina dan pegunungan di Peru mulai mengalami lonjakan turis yang datang dengan niat untuk disconnect. Mereka lebih memilih membawa kamera analog atau hanya menuliskan jurnal harian dibanding mengunggah foto-foto ke media sosial.


🧭 Tips Liburan Quiet Vacation untuk Pemula

Bagi Anda yang tertarik mencoba tren ini, berikut 5 langkah sederhana memulai Quiet Vacation:

  1. Matikan notifikasi 24 jam sebelum berangkat – Mulai menyesuaikan diri dengan slow mode.

  2. Bawa buku fisik atau jurnal – Gantilah screen time dengan waktu refleksi.

  3. Pilih penginapan tanpa televisi atau Wi-Fi – Ini membantu menahan diri dari membuka aplikasi secara refleks.

  4. Jangan paksakan dokumentasi – Ambil gambar hanya jika benar-benar ingin, bukan untuk eksistensi.

  5. Fokus pada kehadiran fisik – Berinteraksi dengan alam, orang sekitar, dan diri sendiri.


💬 Testimoni Nyata: Saat Hening Menjadi Healing

Beberapa pelaku quiet vacation membagikan kisah reflektif setelah menjalani liburan diam-diam mereka. Seperti yang diungkap oleh Clara (25), freelancer asal Bandung:

“Selama seminggu di Sumba, aku nggak buka Instagram sama sekali. Awalnya panik, tapi ternyata justru lebih peka sama hal-hal kecil—suara angin, rasa makan, dan perasaan sendiri. Pulang-pulang malah lebih tenang.”

Atau testimoni Arfan (31), pegawai startup di Jakarta:

“Biasanya liburan cuma pindah stres. Tapi kemarin ke Munduk, Bali, tanpa medsos, rasanya kayak punya waktu buat mikir ulang soal hidup.”

Cerita-cerita ini menjadi bukti bahwa quiet vacation bukan hanya soal menjauh dari gadget, tapi mendekat ke diri sendiri.


Refleksi Akhir: Saat Dunia Diam, Kita Mendengar Jauh Lebih Banyak

Di akhir artikel ke-100 ini, kita kembali dihadapkan pada pertanyaan sederhana tapi mendalam:

“Untuk siapa sebenarnya kita berlibur?”

Jika jawabannya adalah diri sendiri, maka tren quiet vacation menawarkan jalan yang sangat relevan di era saat ini.

Karena terkadang, liburan terbaik adalah yang tidak diketahui siapa-siapa, kecuali oleh hati kita sendiri.

Related Post